5 Faktor Banyak Brand Skincare yang Bangkrut, Antisipasi Sejak Awal
MurniCare Maklon Skincare, Jakarta – Industri skincare terlihat menjanjikan, namun ternyata tidak semua brand bisa bertahan lama di tengah persaingan yang ketat. Di balik keviralan dan kemasan yang mencuri perhatian, banyak brand yang justru harus berhenti di tengah jalan. Kenapa bisa begitu? Artikel ini akan membahas beberapa alasan umum brand skincare yang bangkrut atau gagal—agar kamu bisa menghindari jebakan yang sama.
1. Brand Kurang Melekat Diingatan Konsumen
Dalam hal ini, brand skincare yang gagal ternyata karena tidak melekat diingatan konsumen. Secara ingatan yang refleks, konsumen mengingat brand lain yang dianggap lebih punya pembeda.
Jadi, penting untuk memperlihatkan persona brand kamu di hadapan audiens. Apabila brand kurang bikin audiens jatuh hati, mereka akan melewatkannya begitu saja. Ingatan konsumen akan melekat pada suatu brand yang tampil unik, khususnya di media sosial.
Pemilihan tone warna, tagline, promosi, dan interaksi yang dibentuk dapat menciptakan kesan tersendiri bagi audiens. Hal ini juga tentu erat kaitannya dengan selera, minat dan kesukaan target audiens.
2. Tidak Punya Unique Selling Point
Produk skincare yang tidak memiliki Unique Selling Point (USP) rasanya akan sulit untuk melekat di ingatan konsumen. Ini merupakan salah satu faktor lain brand skincare bisa gagal dan bangkrut. USP disini berfungsi sebagai pembeda yang membuat skincare kamu lebih unggul diantara skincare lainnya yang sejenis.
Sebagai contoh, beberapa brand skincare artis luar negeri ternama yang fokus pada value untuk skin-minimalism. Artinya, brand mereka fokus pada rangkaian skincare inti yang penting untuk kebutuhan kulit. Skincare yang sederhana akan membuat kulit bekerja pada fungsi skincare yang diperlukan. Hal ini akan membuat konsumen terus membeli karena produk yang dijual adalah rangkaian skincare inti yang diperlukan setiap hari.
USP bisa kamu tentukan dari berbagai aspek. Mulai dari ingredients, aspek sustainability, skincare ramah lingkungan, efektivitas cara kerja skincare, atau bahkan mempersempit target konsumen (niche). Dengan target yang lebih niche, brand kamu akan memiliki konsumen yang loyal dan benar-benar membutuhkan skincare tersebut.
3. Salah Sasaran Target Konsumen
Brand kamu salah sasaran? Oke, tapi kamu harus cepat bertindak. Salah sasaran target market bukanlah akhir dari perjalanan bisnis kamu. Pada dasarnya, sebuah bisnis memang tidak selalu mulus di awal.
Apabila kamu mengalami ini, segera ubah haluan dan susun strategi baru. Berbeda target konsumen, beda juga cara memasarkan produknya. Sesuaikan dengan harga skincare, efektivitas, packaging dan konsep produk.
Oleh karena itu, brand harus getol melakukan trial and error. Dari sini, kamu bisa mengetahui kepada siapa dan cara apa yang tepat untuk memasarkan skincare kamu. Demi hasil yang maksimal, jangan takut untuk uji coba memasarkan skincare kamu ke berbagai target market!
4. Terlambat Membedah Strategi Marketing
Terlambat membedah strategi pemasaran juga menjadi faktor brand skincare gagal dan bangkrut. Tren dan kesukaan konsumen dapat berubah setiap bulannya. Industri skincare saat ini semakin padat penjual dan semakin banyak pula kompetitornya. Kondisi ini menuntut para brand untuk menyusun strategi marketing yang kreatif.
Salah satu alasan brand skincare gagal adalah mereka terlambat untuk mengetahui kelemahan dari strategi yang diterapkan. Sembari menyusun strategi marketing, perbanyaklah mendengarkan audiens dan konsumen. Dari sini, brand bisa mempelajari siapa yang menyukai produkmu dan apa yang membuat mereka puas ketika membeli skincare.
Ulas strategi kamu secara berkala agar tahu kapan harus mengganti, memperbaiki, atau meningkatkan performa strategi kamu. Seperti halnya menemukan target market yang tepat, memasarkan produk juga butuh A/B test. Jadi, jangan takut untuk mengerahkan segala cara demi menemukan strategi marketing yang tepat!
5. Masalah Perizinan & Legalitas Terhambat
Legalitas tidak jarang menjadi rintangan untuk sebuah brand skincare. Proses mendapatkan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) pun tidak selalu mulus.
Nama brand, logo atau pengucapan yang mirip dengan brand yang sudah ada dapat memicu perselisihan. Sebuah brand skincare juga menutup bisnisnya akibat pengajuan HKI atas mereknya ditolak.
Untuk menghindari hal ini, periksa dahulu apakah ada merek lain (atau merek terkenal) dengan kemiripan visual, bunyi pengucapan, dan konsep dengan merek milikmu. Buatlah merek dan logo yang unik dan belum pernah ada. Perhatikan apakah ada merek yang sama pada kelas barang dan jasa yang sama dengan bisnismu.
Pastikan brand kamu sudah menyelesaikan urusan dengan HKI dan memiliki amunisi yang kuat untuk mempertahankan eksistensi brand kamu.
Jalan membangun brand skincare memang penuh peluang, tapi pasti ada juga tantangannya. Banyak brand yang gagal bukan karena produknya jelek, tapi karena kurang memahami pasar, nggak punya pembeda yang kuat, atau strategi bisnisnya belum matang. Dari situ kita belajar, bahwa bikin brand nggak cukup cuma modal semangat dan bahan bagus—harus ada visi, strategi, dan konsistensi.
Jadi, kalau kamu lagi merintis atau mengembangkan brand skincare, pastikan kamu nggak cuma ikut tren, tapi benar-benar paham arah yang mau dituju.